Selasa, 20 Februari 2018

Perkerasan Jalan Lentur

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Jalan merupakan salah satu prasarana perhubungan darat yang mengalami perkembangan pesat. Oleh sebab itu pembangunan sebuah jalan haruslah dapat menciptakan keadaan yang aman bagi pengendara dan pejalan kaki yang memakai jalan tersebut. Salah satu faktor dibangunnya sebuah jalan adalah akibat perkembangan sebuah daerah, baik itu perkembangan industri maupun perkembangan ekonomi. Akibat dari perkembangan tersebut, maka secara otomatis menyebabkan meningkatnya kepadatan lalu-lintas suatu daerah, baik akibat kendaraan yang masuk ke suatu daerah atau yang akan meninggalkan daerah tersebut, untuk itu sarana transportasi jalan yang dibutuhkan adalah sarana transportasi yang lancar, aman dan nyaman yaitu sarana jalan yang memenuhi persyaratan dari segi perencanaan, pembangunan, perawatan dan pengelolaannya. Dengan adanya sarana transportasi jalan ini akan dapat memperlancar arus komunikasi dan informasi antar daerah sehingga tidak ada lagi manusia yang tinggal didaerah terisolir.
Jalan merupakan prasarana yang sangat menunjang bagi kebutuhan hidup masyarakat, kerusakan jalan dapat berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi terutama pada sarana transportasi darat. Dampak pada konstruksi jalan yaitu perubahan bentuk lapisan permukaan jalan berupa lubang (potholes), bergelombang (rutting), retak-retak dan pelepasan butiran (ravelling) serta gerusan tepi yang menyebabkan kinerja jalan menjadi menurun. Komperhensifitas perencanaan prasarana jalan di suatu wilayah mulai dari tahapan prasurvey, perencanaan dan perancangan teknis, pelaksanaan pembangunan fisiknya hingga pemeliharaan harus integral dan tidak terpisahkan sesuai kebutuhan saat ini dan prediksi umur pelayanannya di masa mendatang agar tetap terjaga ketahanan fungsionalnya.
Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi dimana diharapkan selama masa pelayanan tidak terjadi kerusakan yang berarti khususnya pada perkerasan lentur. Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) adalah sistem perkerasan jalan dimana konstruksinya terdiri dari beberapa lapisan. Tiap-tiap lapisan perkerasan pada umumnya menggunakan bahan maupun persyaratan yang berbeda sesuai dengan fungsinya yaitu, untuk menyebarkan beban roda kendaraan sedemikian rupa sehingga dapat ditahan oleh tanah dasar dalam batas daya dukungnya. Maka dari itu sudah kewajiban kita untuk mengetahui mulai dari penyebab kerusakan dan cara pemeliharaan jalan tersebut. Agar tercipta jalan yang aman, nyaman dan memberikan manfaat yang signifikan bagi kesinambungan dan keberlangsungan hidup masyarakat luas dan menjadi salah satu factor menjadikannya peningkatan kehidupan masyarakat dari beberapa aspek – aspek kehidupan.
Jika kita kaji secara teori dan realita yang sudah berjalan selama ini, dalam pembangunan jalan ada banyak hal yang harus diperhatikan lebih mendetail dan teliti baik itu dari perencanaan jalan itu sendiri maupun pelaksanaan tentunya. Kita sebagai pengguna jalan pastinya menginginkan jalan yang kita pakai itu aman, nyaman, bersih dll. Maka dari itu kerusakan yang terjadi dijalan tersebut harus ditanggulangi dan diperbaiki dengan sungguh-sungguh.

1.2    Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan di bahas yaitu:
1.        Bagaimana tahapan pekerjaan persiapan dalam pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan (Perkerasan Lentur)?
2.        Bagaimana metode pekerjaan dalam pekerjaan tanah dasar?
3.        Bagaimana metode pekerjaan terkait lapis pondasi bawah?
4.        Bagaimana metode pekerjaan terkait lapis pondasi atas?


1.3    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan adalah:
1.        Menjelaskan tahapan pekerjaan persiapan dalam pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan (Perkerasan Lentur).
2.        Menjelaskan metode pekerjaan dalam pekerjaan tanah dasar.
3.        Menjelaskan metode pekerjaan terkait lapis pondasi bawah.
4.        Menjelaskan metode pekerjaan terkait lapis pondasi atas.



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Perkerasan Jalan
Perkerasan jalan merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam memenuhi kelancaran pergerakan lalu lintas. Perkerasan jalan yang digunakan pada saat sekarang ini umumnya terdiri atas tiga jenis, yaitu perkerasan lentur, perkerasan kaku, dan perkerasan komposit.  Perbedaan utama antara perkerasan lentur dan perkerasan kaku dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini:
No
Keterangan
Perkerasan Lentur
Perkerasan Kaku
1
Bahan Pengikat
Aspal
Semen
2
Repetisi Bahan
Timbul rutting (lendutan pada jalur roda)
Timbul retak – retak pada permukaan
3
Penurunan Bahan Dasar
Timbul gelombang (mengikuti tanah dasar)
Bersifat sebagai balok diatas perletakan
4
Perubahan Temperatur
Modulus kekakuan berubah. Timbul tegangan dalam yang kecil
Modulus kekakuan tidak berubah. Timbul tegangan dalam yang besar
Tabel 2.1 Perbedaan perkerasan lentur dan perkerasan kaku
Sumber: Sukirman, S. Beton Aspal Campuran Panas (2003)

2.2    Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
Perkerasan lentur merupakan perkerasan jalan yang umum dipakai di Indonesia. Konstruksi perkerasan lentur disebut “lentur” karena konstruksi ini mengizinkan terjadinya deformasi vertikal akibat beban lalu lintas yang terjadi. Perkerasan lentur biasanya terdiri dari 3 lapis material konstruksi jalan diatas tanah dasar, yaitu lapis pondasi bawah, lapis pondasi atas, dan lapis permukaan. (Silvia Sukirman, 2003)
Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) adalah perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebabkan beban lalu lintas tanah dasar. Suatu struktur perkerasan lentur biasanya terdiri atas beberapa lapisan bahan, dimana setiap lapisan akan menerima beban dari lapisan diatasnya, meneruskan dan menyebarkan beban tersebut ke lapisan dibawahnya. Jadi semakin ke lapisan struktur bawah, beban yang ditahan semakin kecil. Untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum dari karakteristik diatas, lapisan bahan biasanya disusun secara menurun berdasarkan daya dukung terhadap beban diatasnya. Lapisan paling atas adalah material dengan daya dukung terhadap beban paling besar (dan paling mahal harganya), dan semakin kebawah adalah lapisan dengan daya dukung terhadap beban semakin kecil dan semakin murah harganya (Sukirman, 1992).
Perkerasan lentur memiliki beberapa karateristik sebagai berikut ini :
a.         Memakai bahan pengikat aspal
b.        Sifat dari perkerasan ini adalah memikul beban lalu lintas dan menyebarkannya ke tanah dasar
c.         Pengaruhnya terhadap repitisi beban adalah timbulnya rutting (Lendutan pada jalur roda)
d.        Pengaruhnya terhadap penurunan tanah dasar yaitu, jalan bergelombang (mengikuti tanah dasar).
Keuntungan menggunakan perkerasan lentur antara lain :
a.         Dapat digunakan pada daerah dengan perbedaan penurunan (differential settlement) terbatas
b.        Mudah diperbaiki
c.         Tambahan lapisan perkerasan dapat dilakukan kapan saja
d.        Memiliki tahanan geser yang baik
e.         Warna perkerasan member kesan tidak silau bagi pemakai jalan
f.          Dapat dilaksanakan bertahap, terutama pada kondisi biaya pembangunan terbatas atau kurangnya data untuk perencanaan.
Kerugian menggunakan perkerasan lentur antara lain :
a.         Tebal total struktur perkerasan lebih tebal dibandingkan Perkerasan kaku
b.        Kelenturan dan sifat kohesi berkurang selama masa pelayanan tidak baik digunakan jika sering digenangi air
c.         Menggunakan agregat lebih banyak
Struktur perkerasan lentur terdiri dari beberapa lapis yang mana semakin ke bawah memiliki daya dukung tanah yang jelek. Gambar 2.2 menunjukkan lapis perkerasan lentur, yaitu :
a.         Lapis permukaan (surface course)
b.        Lapis pondasi (base course)
c.         Lapis pondasi bawah (subbase course)
d.        Lapis tanah dasar (subgrade)
Gambar 2.2 Komponen struktur perkerasan lentur

2.3    Lapis Permukaan
Lapis permukaan merupakan lapisan yang letaknya berada paling atas dari sebuah perkerasan lentur dan merupakan lapisan yang berhubungan langsung dengan kendaraan sehingga lapisan ini rentan terhadap kerusakan akibat aus. Oleh karena itu perencanaan dan pembuatan lapisan ini harus dibuat dengan tepat agar mampu memberikan pelayanan yang baik kepada sarana transportasi yang melewati jalan tersebut. (Silvia Sukirman, 2003)

2.4    Kriteria Konstruksi Perkerasan Jalan
Menurut Sukirman (1992) supaya perkerasan jalan dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada si pemakai jalan, maka haruslah memenuhi syarat – syarat tertentu yang dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu :
1.        Syarat-syarat berlalu lintas
Konstruksi perkerasan lentur dipandang dari keamanan dan kenyamanan berlalu lintas haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a.      Permukaan yang rata, tidak bergelombang, tidak melendut dan tidak berlubang.
b.      Permukaan yang cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat beban yang bekerja di atasnya.
c.      Permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban dan permukaan jalan sehingga tidak mudah selip.
d.      Permukaan tidak mengkilap, tidak silau jika terkena sinar matahari
2.        Syarat-syarat kekuatan/struktural
Konstruksi perkerasan jalan dipandang dari segi kemampuan memikul menyebarkan beban, haruslah memenuhi syarat-syarat :
a.      Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban/muatan lalu lintas ke tanah dasar.
b.      Kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah meresap ke lapisan dibawahnya.
c.      Permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya dapat cepat dialirkan.
d.      Kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan deformasi yang berarti.






BAB III
RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

3.1    Pekerjaan Persiapan (Mobilisasi dan Demobilisasi)
Pekerjaan Persiapan adalah pekerjaan awal yang meliputi kegiatan – kegiatan pendahuluan untuk mendukung permulaan proyek, meliputi:
3.1.1   Pembuatan Job Mix Design
Sebelum pekerjaan utama dilaksanakan, terlebih dahulu melaksanakan pengambilan sampel bahan dari quary di sungai yang berada di lokasi setempat atau yang berdekatan dengan lokasi. Diantaranya batu, pasir dan aspal yang selanjutnya dibawa ke laboratorium job Mix Formula / Job Mix Design yang akan dipakai sebagai acuan kerja pelaksanaan proyek.






Gambar 3.1.1 Pembuatan Job Mix Design

3.1.2   Kantor Lapangan dan Fasilitasnya
Tahap berikutnya penentuan lokasi basecamp pembuatan kantor lapangan dan fasilitasnya di lokasi proyek. Kemudian dilanjutkan dengan mobilisasi peralatan yang diperlukan sesuai dengan tahapan pelaksanaan pekerjaan.


 






Gambar 3.1.2 Kantor lapangan dan fasilitasnya

3.1.3   Pengaturan Arus Transportasi dan Pemeliharaan Terhadap Arus Lalu Lintas
Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, pengaturan arus lalu lintas transportasi dilakukan dengan pembuatan tanda – tanda lalu lintas yang memadai disetiap kegiatan lapangan. Bila diperlukan dapat ditempatkan petugas pemberi syarat yang bertugas mengatur arus lalu lintas pada saat pelaksanaan.
 






Gambar 3.1.3 Pengaturan Arus Transportasi dan Pemeliharaan Terhadap Arus Lalu Lintas

3.1.4   Rekayasa Lapangan
Dengan petunjuk direksi Teknis survey / rekayasa lapangan dilaksanakan untuk menentukan kondisi fisik dan structural dari pekerjaan dan fasilitas yang ada di lokasi pekerjaan. Sehingga dimungkinkan untuk mengadakan peninjauan ulang terhadap rancangan kerja yang telah diberikan system dan tatacara survey dikoordinasikan dengan direksi teknis.
 






Gambar 3.1.4 Rekayasa Lapangan

3.1.5   Material dan Penyimpanan
Bahan yang akan digunakan didalam pekerjaan harus menemui spesifikasi dan standard yang berlaku baik ukuran, tipe maupun ketentuan lainnya sesuai petunjuk direksi teknis. Semua material yang akan digunakan untuk proses pembuatan Asphalt Concrete diambil dari query sungai setempat, diolah dan dipoolkan di stone crusher / AMP. Pihak direksi teknis sewaktu – waktu akan mengadakan pemeriksaan terhadap lokasi stone crusher dan AMP dimaksud guna mengetahui kondisi yang ada.
Image result for material dan penyimpanan proyek jalan di lapangan
 






Gambar 3.1.5 Material dan Penyimpanan

3.1.6   Jadwal Konstruksi
Jadwal Konstruksi dibuat pihak kontraktor. Diajukan pada direksi teknis untuk dibahas dan mendapatkan persetujuan pada saat dilaksanakan rapat pendahuluan (Pre Construction Meeting/PCM).
 






Gambar 3.1.6 Jadwal Konstruksi

3.1.7   Pelaksanaan Mobilisasi Peralatan
Dalam pelaksanaan proyek ini mobilisasi meliputi:
a.       Dump Truck 8 ton
b.      Dump Truck 3 – 4m 3,6 ton
c.       Asphalt finisher
d.      Tandem Roller
e.       Vibrator Roller
f.        Wheel Loader
g.      Excavator
h.      Motor Grader
i.        Aspal Spayer
j.        Water Tanker
k.      Concrete Mixer
l.        Generator set
m.    Compressor
n.      Survey equipment
o.      Pneumatic type roller (PTR)
p.      Flat Bed Truck
q.      Water Pump
r.        Slump Test
3.1.8   Papan nama proyek
Papan nama ini digunakan sebagai identitas dan informasi mengenai proyek. Papan nama dibuat dengan ukuran atas persetujuan direksi pekerjaan. Bahan yang dipakai kayu kaso, plywood, amplas, cat kayu, paku, split, cat minyak, semen dan lain – lain. Papan nama proyek dipasang dipangkal dan diujung lokasi pekerjaan. Papan nama dipelihara selama pelaksanaan proyek.
 






Gambar 3.1.8 Papan Nama Proyek

3.1.9   Relokasi Utilitas dan Pelayanan
Relokasi Utilitas untuk Telkom, PDAM, Listik serta fasilitas umum lainnya melalui beberapa tahapan :
a.       Pendapatan terhadap sarana yang masuk dalam ketentuan relokasi yang sudah ditetapkan
b.      Pelaporan terhadap departemen terkait
c.       Pemindahan utilitas setelah mendapatkan persetujuan dari department terkait

 






Gambar 3.1.9 Relokasi Utilitas dan Pelayanan

3.2    Pekerjaan Tanah Dasar
3.2.1   Jenis dan Karakteristik Tanah Dasar
Tanah Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian atau permukaan tanah timbunan, yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR). Jenis- jenis tanah:
a.         Tanah Liat Koloidal (Colloid)
b.        Tanah liat biasa (clay)
c.         Tanah lumpur (silt)
d.        Pasir halus (fine sand)
e.         Pasir Kasar (Coarse sand)
f.          Kerikil (gravel)
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain lain. Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :
a.         Lapisan tanah dasar, tanah galian.
b.        Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
c.         Lapisan tanah dasar, tanah asli.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
a.         Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.
b.        Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.
c.         Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah pada lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya kepadatan yang kurang baik.
d.        Perbedaan penurunan (differensial settlement) akibat terdapatnya lapisan-lapisan tanah lunak di bawah tanah dasar akan mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk tetap. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan penyelidikan tanah dengan teliti. Pemeriksaan dengan menggunakan alat bor dapat memberikan gambaran yang jelas tentang lapisan tanah di bawah lapis tanah dasar.
e.         Kondisi geologis dari lokasi jalan perlu dipelajari dengan teliti, jika ada kemungkinan lokasi jalan berbeda pada daerah patahan.





Gambar 3.2.1 Subgrade base
3.2.2   Peralatan Pekerjaan pada Pekerjaan tanah dasar
Jenis-jenis alat kerja yang digunakan pada proyek konstruksi jalan antara lain sebagai berikut:
a.         Excavator
excavatorExcavator adalah alat yang digunakan untuk pekerjaan galian dan timbunan tanah. Excavator ini memiliki lengan (arm) yang dapat berputar, sehingga dapat lebih mudah untuk menggali tanah dengan kedalaman tertentu. Pada proyek konstruksi jalan, Excavator digunakan untuk menggali tanah dalam pekerjaan cut and fill lahan proyek, gambar excavator dapat dilihat pada Gambar.






Gambar 3.2.2 a. Excavator
b.      Dump Truck
Dump Truck adalah sebuah truk yang mempunyai bak material yang dapat di miringkan sehingga untuk menurunkan material hanya dengan memiringkan bak materialnya sehingga muatan akan dapat meluncur kebawah. Untuk memiringkan bak di gunakan oleh pompa hidrolik.
Pada proyek konstruksi jalanDump truk digunakan untuk mengangkut material seperti agregat pondasi kelas A, aspal, pasir dan material timbunan. Dump truck yang di pakai dalam proyek ini adalah dump truck merk Mitsubishi Fuso 220PS kapasitas. Alat angkut dump truck ini di datangkan langsung dari kontraktor pelaksana. 
dump truk
 






Gambar 3.2.2 b. Dump Truck
c.         Water Tank Truck
Water tank truck digunakan untuk mengangkut air, yang digunakan untuk pekerjaan pemadatan lapis pondasi agregat kelas Asetelah penghamparan material selesai kemudian di padatkan dan di siram air menggunakan water tankWater tank yang di gunakan proyek ini memiliki kapasitas sebesar 5000 liter.  Pada proyek iniwater tank di datangkan langsung dari kontraktor.
Truk Air
 






Gambar 3.2.2 c. Water Tank Truck
d.        Vibratory Roller
Vibratory roller adalah alat pemadat yang menggabungkan antar tekanan dan getaran. Vibratory roller mempunyai efisiensi pemadatan yang baik. Alat ini memungkinkan digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan. Akibat sama efek ditimbulkan oleh vibratory roller adalah gaya dinamis terhadap tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong terdapat diantara butir-butirnya sehingga akibatnya tanah menjadi padat, dengan susunan yang lebih kompak.
 







Gambar 3.2.2 d. Vibratory Roller
e.         Motor Grader
Sebagai bagian dari alat berat, motor grader berfungsi sebagai alat perata atau penghampar yang biasanya digunakan untuk meratakan dan membentuk permukaan tanah. Selain itu, dimanfaatkan pula untuk mencampurkan dan menebarkan tanah dan campuran aspal.
Motor Grader
 






Gambar 3.2.2 e. Motor Grader
f.          Pneumatic Tire Roller
Untuk pneumatic tire roller, alat terdiri atas roda-roda ban karet yang dipompa (pneumatic) maka area pekerjaan juga perlu dibebaskan dari benda-benda tajam yang dapat merusak roda. Susunan dari roda muka dan roda belakang selang-seling sehingga bagian yang tidak tergilas oleh roda bagian muka maka akan digilas oleh roda bagian belakangnya. Alat ini baik sekali digunakan pada penggilasan bahan yang bergranular, juga baik digunakan pada penggilasan lapisan hot mix sebagai “penggilas antara”.
pneumatic tire Roller
 





Gambar 3.2.2 f. Pneumatic Tire Roller
g.        Tandem roller 
Adalah alat penggilas atau pemadat terdiri atas berporos 2 (two axle) dan berporos 3 (three axle tandem rollers). Penggunaan dari penggilas ini umumnya untuk mendapatkan permukaan yang agak halus, misalnya pada penggilasan aspal beton dan lain-lain. Tandem roller ini memberikan lintasan yang sama pada masing-masing rodanya, beratnya antara 8 - 14 ton, penambahan berat yang diakibatkan oleh pengisian zat cair (ballasting) berkisar antara 25% - 60% dari berat penggilas. Untuk mendapatkan penambahan kepadatan pada pekerjaan penggilasan biasanya digunakan three axle tandem roller. Sebaiknya tandem roller jangan digunakan untuk menggilas batu-batuan yang keras dan tajam karena akan merusak roda-roda penggilasnya.
Tandem Roller
 








Gambar 3.2.2 g. Tandem Roller
h.        Asphalt finisher
Alat ini berfungsi untuk menghamparkan aspal olahan dari mesin pengolah aspal, serta meratakan lapisannya. Konstruksi Asphalt Finisher cukup besar sehingga membutuhkan trailer untuk mengangkut alat ini ke medan proyek. Asphalt Finisher memiliki roda yang berbentuk kelabang atau disebut dengan crawler track dengan hopper yang tidak beralas. Sedangkan di bawah hopper tersebut terdapat pisau yang juga selebar hopper. Pada saat proses penghamparan, awalnya dimulai dengan memasukkan aspal ke hopper. Kemudian aspal akan langsung turun ke permukaan dan disisir oleh pisau. Untuk mendapatkan tingkat kerataan yang diinginkan akan diatur oleh pisau tersebut.
Asphalt Finisher
 







Gambar 3.2.2 h. Asphalt Finisher
i.          Alat-alat konvensional
Adalah peralatan sederhana yang digunakan untuk membantu pekerjaan yang dilakukan oleh para tukang. Alat – alat konvensional tersebut seperti sekop tangan, sapu lidi, garuk, traffic cone, kereta dorong dan lainnya.
Alat-alat Konvensional
 





Gambar 3.2.2 i. Alat – alat Konvensional
j.          Termometer inframerah
Termometer inframerahAdalah alat untuk mendeteksi temperatur secara optik—selama objek diamati, radiasi energi sinar inframerah diukur, dan disajikan sebagai suhu. Alat ini menawarkan metode pengukuran suhu yang cepat dan akurat dengan objek dari kejauhan dan tanpa disentuh – situasi ideal di mana objek bergerak cepat, jauh letaknya, sangat panas, berada di lingkungan yang bahaya, dan/atau adanya kebutuhan menghindari kontaminasi objek (seperti makanan, alat medis, obat-obatan, produk atau test, dll.)




Gambar 3.2.2 j. Termometer Inframerah
k.        Aspal Distributor
Aspal distributorAspal distributor adalah truk yang dilengkapi dengan tangki aspal, pompa, dan batang penyemprot. Pada proyek ini, aspal distributor di datangkan langsung dari kontraktor. 



Gambar 3.2.2 k. Aspal Distributor
l.          Core Drill
Core Drill adalah alat yang digunakan untuk menentukan/mengambil sample perkerasan dilapangan sehingga bisa diketahui tebal perkerasannya serta untuk mengetahui karakteristik campuran perkerasan. Pada proyek ini, alat core drill di datangkan dari pihak kontraktor.
 Core Drill test
 






Gambar 3.2.2 l. Core Drill
m.      Sand Cone
Sand coneAlat Sand cone adalah alat yang digunakan untuk pemeriksaan kepadatan tanah di lapangan dengan menggunakan pasir Ottawa sebagai parameter kepadatan yang mempunyai sifat kering, bersih, keras, tidak memiliki bahan pengikat sehingga dapat mengalir bebas. Pada proyek ini, alat sand cone di datangkan langsung dari laboratorium milik kontraktor. 




Gambar 3.2.2 m. Sand Cone
n.         Alat CBR
Alat CBR (California Bearing Ratio) adalah alat yang digunakan untuk menentukan tebal suatu bagian perkerasan. Alat CBR merupakan suatu perbandingan antara beban percobaan (test load) dengan beban standar (standart load) dan dinyatakan dalam presentase. Alat CBR Lapangan yang di gunakan pada proyek ini, di datangkan dari kontraktor.     




Gambar 3.2.2 n. Alat CBR
3.2.3   Metode Pelaksanaan Pekerjaan
a.         galian biasa degan excavatorTanah Galian




Gambar 3.2.3 a. Tanah Galian
Pekerjaan galian untuk pelebaran badan jalan tidak hanya mencakup pekerjaan penggalian, namun juga harus mencakup pekerjaan penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari jalan dan sekitarnya, dan pekerjaan lain yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan galian pelebaran ini. Tahapan pekerjaan Galian biasa adalah sebagai berikut :
1.        Pekerjaan persiapan
·           Mempersiapkan alat bantu kerja, baik peralatan yang digunakan secara manual (termasuk alat ukur dan alat pelindung diri) atau peralatan bermesin (alat berat) yang perlu digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan galian.
·           Lakukan pemeriksaan pada kondisi lingkungan di sekitar lokasi penggalian mengenai kemungkinan adanya jaringan pipa, kabel, dan kemungkinan adanya lokasi-lokasi yang memerlukan penanganan khusus contohnya daerah yang rawan longsor atau terendam air.
·           Menentukan daerah atau batas pekerjaan galian yang akan dikerjakan
2.        Pelaksanaan 
·           Tanah digali menggunakan alat excavator dengan ukuran dan kedalaman sesuai gambar kerja atau petunjuk direksi pekerjaan.
·           Rapikan dasar galian secara manual dengan alat bantu seperti cangkul, sekop, dan lat bantu lain yang diperlukan
·           Pasang rambu peringatan dan barikade di sekitar lokasi pekerjaan agar tidak membahayakan para pengguna jalan 
·           Material hasil galian tanah termasuk hasil pembersihan dan pengupasan lapisan atas tanah ini harus dibuang ke lokasi pembuangan yang telah disiapkan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
b.        Tanah Timbunan (Urugan)
Dapat dipakai dari hasil galian atau cut. Yang termasuk dalam rencana yang juga disebut Common excavation atau material atau bahan galian yang didatangkan dari luar daerah pekerjaan disebut Borrow Excavation. Jenis tanahnya yaitu Tanah – clay, Tanah bercampur batu - rock clay, Pasir + Batu (sirtu) – Granular material, Batu – hasil dari pemecahan (memakai dynamit) – rock, Pasir – sand. Cara Pelaksanaannya:
  • Clearing & grubbing pekerjaan pemotongan pohon- pohon besar/ kecil.
  • Top Soil & Stripping- pembuangan humus- humus/ lapisan atas, akar- akar kayu dan umumnya setebal 10-30 cm.
  • Compaction of foundation of Embankment.
  • Pemadatan tanah dasar sebelum dilaksanakan penimbunan.
  • Lapisan ini perlu di test (density- test of proof rolling test) baru diteruskan pekerjaan selanjutnya- penimbunan.
  • Penimbunan dilaksanakan lapis demi lapis/ layer by layer setebal ± 20 cm dan didapatkan dibawah 1.00 dari sub-grade pengetesan (density test dapat dilaksanakan setiap 3 lapis, jadi setiap lapisnya cukup dengan test proof rolling).
3.2.4   Pengendalian Mutu Pekerjaan
1.        Pengendalian mutu bahan
·    Jumlah pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal mutu bahan paling sedikit 3 contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan.
·    Pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi agar perubahan bahan atau sumber bahannya dapat diamati.
·    Untuk setiap 1.000 m3 bahan timbunan yang diperoleh dari setiap sumber bahan paling sedikit harus dilakukan suatu pengujian Nilai Aktif.
2.        Ketentuan kepadatan untuk timbunan tanah
a.  Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10 % bahan yang tertahan pada ayakan ¾”, kepadatan kering maksimum yang diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize) tersebut.
b. Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
c.  Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka Kontraktor harus memperbaiki. Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada lokasi berselang-seling setiap jarak tidak lebih dari 200 m. Untuk penimbunan kembali di sekitar struktur atau pada galian parit untuk gorong-gorong, paling sedikit harus dilaksanakan satu pengujian untuk satu lapis penimbunan kembali yang telah selesai dikerjakan.
d. Untuk timbunan, paling sedikit 1 rangkaian pengujian bahan yang lengkap harus dilakukan untuk setiap 1.000 m3 bahan timbunan yang dihampar.
3.        Kriteria pemadatan untuk timbunan batu
Penghamparan dan pemadatan timbunan batu harus dilaksanakan dengan menggunakan penggilas berkisi (grid) atau pemadat bervibrasi atau peralatan berat lainnya yang serupa. Pemadatan harus dilaksanakan dalam arah memanjang sepanjang timbunan, dimulai pada tepi luar dan bergerak ke arah sumbu jalan, dan harus dilanjutkan sampai tidak ada gerakan yang tampak di bawah peralatan berat. Setiap lapis harus terdiri dari batu bergradasi menerus dan seluruh rongga pada permukaan harus terisi dengan pecahan-pecahan batu sebelum lapis berikutnya dihampar. Batu tidak boleh digunakan pada 15 cm lapisan teratas timbunan dan batu berdimensi lebih besar dari 10 cm tidak diperkenankan untuk disertakan dalam lapisan teratas ini.
4.        Percobaan pemadatan
Kontraktor harus bertanggung-jawab dalam memilih metode dan peralatan untuk mencapai tingkat kepadatan yang disyaratkan. Bilamana Kontraktor tidak sanggup mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus diikuti: Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan peralatan pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai. Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya harus digunakan dalam menetapkan jumlah lintasan, jenis peralatan pemadat dan kadar air untuk seluruh pemadatan berikutnya.

3.3    Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah
3.3.1   Jenis dan Karakteristik Pondasi Bawah
Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan tanah dasar dan di bawah lapis pondasi atas. Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai:
a.         Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
b.        Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
c.         Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi atas.
d.        Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
e.         Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.
Hal ini sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap roda-roda alat-alat besar atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca. Bermacam-macam tipe tanah setempat (CBR > 20%, PI < 10%) yang relatif lebih baik dari tanah dasar dapat digunakan sebagai bahan pondasi bawah. Campuran-campuran tanah setempat dengan kapur atau semen portland dalam beberapa hal sangat dianjurkan, agar dapat bantuan yang efektif terhadap kestabilan konstruksi perkerasan. Ditinjau dari asal kejadiannya jenis agregat/ batuan dapat dibedakan:
  • Batuan beku
  • Batuan sedimen
  • Batuan metamorf
Berdasarkan proses pengolahannya yaitu :
  • Agregat alam
  • Agregat yang melalui proses pengolahan
  • Agregat buatan
Image result for perkerasan lentur 




Gambar 3.3.1 Pondasi Bawah
3.3.2   Peralatan Pekerjaan pada Pekerjaan tanah dasar
Jenis-jenis alat kerja yang digunakan pada proyek konstruksi jalan antara lain sebagai berikut:
a.         Excavator
excavatorExcavator adalah alat yang digunakan untuk pekerjaan galian dan timbunan tanah. Excavator ini memiliki lengan (arm) yang dapat berputar, sehingga dapat lebih mudah untuk menggali tanah dengan kedalaman tertentu. Pada proyek konstruksi jalan, Excavator digunakan untuk menggali tanah dalam pekerjaan cut and fill lahan proyek, gambar excavator dapat dilihat pada Gambar.






Gambar 3.3.2 a. Excavator
b.      Dump Truck
dump trukDump Truck adalah sebuah truk yang mempunyai bak material yang dapat di miringkan sehingga untuk menurunkan material hanya dengan memiringkan bak materialnya sehingga muatan akan dapat meluncur kebawah. Untuk memiringkan bak di gunakan oleh pompa hidrolik. Pada proyek konstruksi jalanDump truk digunakan untuk mengangkut material seperti agregat pondasi kelas A, aspal, pasir dan material timbunan. Dump truck yang di pakai dalam proyek ini adalah dump truck merk Mitsubishi Fuso 220PS kapasitas. Alat angkut dump truck ini di datangkan langsung dari kontraktor pelaksana. 




Gambar 3.3.2 b. Dump Truck
c.         Water Tank Truck
Water tank truck digunakan untuk mengangkut air, yang digunakan untuk pekerjaan pemadatan lapis pondasi agregat kelas Asetelah penghamparan material selesai kemudian di padatkan dan di siram air menggunakan water tankWater tank yang di gunakan proyek ini memiliki kapasitas sebesar 5000 liter.  Pada proyek iniwater tank di datangkan langsung dari kontraktor.
Truk Air
 






Gambar 3.3.2 c. Water Tank Truck
d.        Vibratory Roller
Vibratory roller adalah alat pemadat yang menggabungkan antar tekanan dan getaran. Vibratory roller mempunyai efisiensi pemadatan yang baik. Alat ini memungkinkan digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan. Akibat sama efek ditimbulkan oleh vibratory roller adalah gaya dinamis terhadap tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong terdapat diantara butir-butirnya sehingga akibatnya tanah menjadi padat, dengan susunan yang lebih kompak.
 







Gambar 3.3.2 d. Vibratory Roller
e.         Motor Grader
Sebagai bagian dari alat berat, motor grader berfungsi sebagai alat perata atau penghampar yang biasanya digunakan untuk meratakan dan membentuk permukaan tanah. Selain itu, dimanfaatkan pula untuk mencampurkan dan menebarkan tanah dan campuran aspal.
Motor Grader
 






Gambar 3.3.2 e. Motor Grader
f.          Pneumatic Tire Roller
Untuk pneumatic tire roller, alat terdiri atas roda-roda ban karet yang dipompa (pneumatic) maka area pekerjaan juga perlu dibebaskan dari benda-benda tajam yang dapat merusak roda. Susunan dari roda muka dan roda belakang selang-seling sehingga bagian yang tidak tergilas oleh roda bagian muka maka akan digilas oleh roda bagian belakangnya. Alat ini baik sekali digunakan pada penggilasan bahan yang bergranular, juga baik digunakan pada penggilasan lapisan hot mix sebagai “penggilas antara”.
pneumatic tire Roller
 





Gambar 3.3.2 f. Pneumatic Tire Roller
g.        Tandem roller 
Adalah alat penggilas atau pemadat terdiri atas berporos 2 (two axle) dan berporos 3 (three axle tandem rollers). Penggunaan dari penggilas ini umumnya untuk mendapatkan permukaan yang agak halus, misalnya pada penggilasan aspal beton dan lain-lain. Tandem roller ini memberikan lintasan yang sama pada masing-masing rodanya, beratnya antara 8 - 14 ton, penambahan berat yang diakibatkan oleh pengisian zat cair (ballasting) berkisar antara 25% - 60% dari berat penggilas. Untuk mendapatkan penambahan kepadatan pada pekerjaan penggilasan biasanya digunakan three axle tandem roller. Sebaiknya tandem roller jangan digunakan untuk menggilas batu-batuan yang keras dan tajam karena akan merusak roda-roda penggilasnya.
Tandem Roller
 








Gambar 3.3.2 g. Tandem Roller
h.        Asphalt finisher
Alat ini berfungsi untuk menghamparkan aspal olahan dari mesin pengolah aspal, serta meratakan lapisannya. Konstruksi Asphalt Finisher cukup besar sehingga membutuhkan trailer untuk mengangkut alat ini ke medan proyek. Asphalt Finisher memiliki roda yang berbentuk kelabang atau disebut dengan crawler track dengan hopper yang tidak beralas. Sedangkan di bawah hopper tersebut terdapat pisau yang juga selebar hopper. Pada saat proses penghamparan, awalnya dimulai dengan memasukkan aspal ke hopper. Kemudian aspal akan langsung turun ke permukaan dan disisir oleh pisau. Untuk mendapatkan tingkat kerataan yang diinginkan akan diatur oleh pisau tersebut.
Asphalt Finisher
 







Gambar 3.3.2 h. Asphalt Finisher
i.          Alat-alat konvensional
Adalah peralatan sederhana yang digunakan untuk membantu pekerjaan yang dilakukan oleh para tukang. Alat – alat konvensional tersebut seperti sekop tangan, sapu lidi, garuk, traffic cone, kereta dorong dan lainnya.
Alat-alat Konvensional
 





Gambar 3.3.2 i. Alat – alat Konvensional
j.          Termometer inframerah
Termometer inframerahAdalah alat untuk mendeteksi temperatur secara optik—selama objek diamati, radiasi energi sinar inframerah diukur, dan disajikan sebagai suhu. Alat ini menawarkan metode pengukuran suhu yang cepat dan akurat dengan objek dari kejauhan dan tanpa disentuh – situasi ideal di mana objek bergerak cepat, jauh letaknya, sangat panas, berada di lingkungan yang bahaya, dan/atau adanya kebutuhan menghindari kontaminasi objek (seperti makanan, alat medis, obat-obatan, produk atau test, dll.)




Gambar 3.3.2 j. Termometer Inframerah
k.        Aspal Distributor
Aspal distributorAspal distributor adalah truk yang dilengkapi dengan tangki aspal, pompa, dan batang penyemprot. Pada proyek ini, aspal distributor di datangkan langsung dari kontraktor. 



Gambar 3.3.2 k. Aspal Distributor
l.          Core Drill
Core Drill adalah alat yang digunakan untuk menentukan/mengambil sample perkerasan dilapangan sehingga bisa diketahui tebal perkerasannya serta untuk mengetahui karakteristik campuran perkerasan. Pada proyek ini, alat core drill di datangkan dari pihak kontraktor.
 Core Drill test
 






Gambar 3.3.2 l. Core Drill
m.      Sand Cone
Sand coneAlat Sand cone adalah alat yang digunakan untuk pemeriksaan kepadatan tanah di lapangan dengan menggunakan pasir Ottawa sebagai parameter kepadatan yang mempunyai sifat kering, bersih, keras, tidak memiliki bahan pengikat sehingga dapat mengalir bebas. Pada proyek ini, alat sand cone di datangkan langsung dari laboratorium milik kontraktor. 




Gambar 3.3.2 m. Sand Cone
n.         Alat CBR
Alat CBR (California Bearing Ratio) adalah alat yang digunakan untuk menentukan tebal suatu bagian perkerasan. Alat CBR merupakan suatu perbandingan antara beban percobaan (test load) dengan beban standar (standart load) dan dinyatakan dalam presentase. Alat CBR Lapangan yang di gunakan pada proyek ini, di datangkan dari kontraktor.     




Gambar 3.3.2 n. Alat CBR
3.3.3   Metode Pelaksanaan Pekerjaan
Sesudah lapisan sub-grade ini betul- betul telah memenuhi syarat- syarat evalasi dan kepadatan kita akan mulai pekerjaan sub-base course. Terlebih dahulu kita tentukan lagi patok- patoknya. Untuk mencapai ketebalan yang dikehendaki. Titik yang diperlukan minimum: 5 titik menurut potongan melintang (X – section) dan dengan jarak maksimum 25meter menurut potongan memanjang atau profil. Cara pengamparan: Setelah selesai pemasangan patok- patok untuk menentukan ketinggian/ ketebalannya maka kita dapat mendatangkan material seb-base ini kelapangan. Patok- patok itu dipasang harus cukup kuat, dan kita lindungi sekelilingnya dengan material sub-base tersebut ± ø 30 cm. Cara pemadatan: Prinsip pemadatan harus dimulai dari pinggir/ dari rendah ke tengah /tinggi. Setelah kita ratakan permukaan dengan motor grader. Pemadatan pertama kita laksanakan dengan road roller (MacAdam Roller atau Tandem Roller). Selanjutnya dengan Tire Roller dimana sambil ikut memadatkan pada waktu/ keadaan memerlukan sambil menyiram. Untuk menyelesaikan pemadatan kita pakai sebaiknya Mac Adam Roller. Sudah cukup padat, melihat dengan pandangan mata pertama kali (pengalaman). Sebelumnya meneruskan pekerjaan selanjutnya mencetak elevasi (oleh surveyor) dan kepadatan. Density Test oleh Soil Material Enginer/ Laboratorium. Apabila sudah memenuhi syarat untuk hal kedua ini (elevasi dan kepadatannya) secara tertulis baru dapat dilaksanakan pekerjaan berikutnya/ base course.
3.3.4   Pengendalian Mutu Pekerjaan
a.         Kekuatan agregat abrasi
b.        Analisa saringan Batas cair (atterberg limit)
c.         Sand eguialent
d.        Indeks kepipihan
e.         Prosentase satu bidang pecah CBR Laboratorium
f.          Sand cone

3.4    Pekerjaan Lapis Pondasi Atas
3.4.1   Jenis dan Karakteristik Pondasi Bawah
Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan. Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :
a.         Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya.
b.        Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan beban-beban roda. Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain, kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan. Bermacam-macam bahan alam / bahan setempat (CBR > 50%, PI < 4%) dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi, antara lain: batu pecah, kerikil pecah dan stabilisasi tanah dengan semen atau kapur.

3.4.2   Peralatan Pekerjaan pada Pekerjaan tanah dasar
Jenis-jenis alat kerja yang digunakan pada proyek konstruksi jalan antara lain sebagai berikut:
a.         Excavator
Excavator adalah alat yang digunakan untuk pekerjaan galian dan timbunan tanah. Excavator ini memiliki lengan (arm) yang dapat berputar, sehingga dapat lebih mudah untuk menggali tanah dengan kedalaman tertentu. Pada proyek konstruksi jalan, Excavator digunakan untuk menggali tanah dalam pekerjaan cut excavatorand fill lahan proyek, gambar excavator dapat dilihat pada Gambar.






Gambar 3.4.2 a. Excavator
b.      Dump Truck
dump trukDump Truck adalah sebuah truk yang mempunyai bak material yang dapat di miringkan sehingga untuk menurunkan material hanya dengan memiringkan bak materialnya sehingga muatan akan dapat meluncur kebawah. Untuk memiringkan bak di gunakan oleh pompa hidrolik. Pada proyek konstruksi jalanDump truk digunakan untuk mengangkut material seperti agregat pondasi kelas A, aspal, pasir dan material timbunan. Dump truck yang di pakai dalam proyek ini adalah dump truck merk Mitsubishi Fuso 220PS kapasitas. Alat angkut dump truck ini di datangkan langsung dari kontraktor pelaksana. 





Gambar 3.4.2 b. Dump Truck
c.         Water Tank Truck
Water tank truck digunakan untuk mengangkut air, yang digunakan untuk pekerjaan pemadatan lapis pondasi agregat kelas Asetelah penghamparan material selesai kemudian di padatkan dan di siram air menggunakan water tankWater tank yang di gunakan proyek ini memiliki kapasitas sebesar 5000 liter.  Pada proyek iniwater tank di datangkan langsung dari kontraktor.
Truk Air
 






Gambar 3.4.2 c. Water Tank Truck
d.        Vibratory Roller
Vibratory roller adalah alat pemadat yang menggabungkan antar tekanan dan getaran. Vibratory roller mempunyai efisiensi pemadatan yang baik. Alat ini memungkinkan digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan. Akibat sama efek ditimbulkan oleh vibratory roller adalah gaya dinamis terhadap tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong terdapat diantara butir-butirnya sehingga akibatnya tanah menjadi padat, dengan susunan yang lebih kompak.
 






Gambar 3.4.2 d. Vibratory Roller
e.         Motor Grader
Sebagai bagian dari alat berat, motor grader berfungsi sebagai alat perata atau penghampar yang biasanya digunakan untuk meratakan dan membentuk permukaan tanah. Selain itu, dimanfaatkan pula untuk mencampurkan dan menebarkan tanah dan campuran aspal.
Motor Grader
 






Gambar 3.4.2 e. Motor Grader
f.          Pneumatic Tire Roller
Untuk pneumatic tire roller, alat terdiri atas roda-roda ban karet yang dipompa (pneumatic) maka area pekerjaan juga perlu dibebaskan dari benda-benda tajam yang dapat merusak roda. Susunan dari roda muka dan roda belakang selang-seling sehingga bagian yang tidak tergilas oleh roda bagian muka maka akan digilas oleh roda bagian belakangnya. Alat ini baik sekali digunakan pada penggilasan bahan yang bergranular, juga baik digunakan pada penggilasan lapisan hot mix sebagai “penggilas antara”.
pneumatic tire Roller
 





Gambar 3.4.2 f. Pneumatic Tire Roller
g.        Tandem roller 
Tandem RollerAdalah alat penggilas atau pemadat terdiri atas berporos 2 (two axle) dan berporos 3 (three axle tandem rollers). Penggunaan dari penggilas ini umumnya untuk mendapatkan permukaan yang agak halus, misalnya pada penggilasan aspal beton dan lain-lain. Tandem roller ini memberikan lintasan yang sama pada masing-masing rodanya, beratnya antara 8 - 14 ton, penambahan berat yang diakibatkan oleh pengisian zat cair (ballasting) berkisar antara 25% - 60% dari berat penggilas. Untuk mendapatkan penambahan kepadatan pada pekerjaan penggilasan biasanya digunakan three axle tandem roller. Sebaiknya tandem roller jangan digunakan untuk menggilas batu-batuan yang keras dan tajam karena akan merusak roda-roda penggilasnya.





Gambar 3.4.2 g. Tandem Roller
h.        Asphalt finisher
Alat ini berfungsi untuk menghamparkan aspal olahan dari mesin pengolah aspal, serta meratakan lapisannya. Konstruksi Asphalt Finisher cukup besar sehingga membutuhkan trailer untuk mengangkut alat ini ke medan proyek. Asphalt Finisher memiliki roda yang berbentuk kelabang atau disebut dengan crawler track dengan hopper yang tidak beralas. Sedangkan di bawah hopper tersebut terdapat pisau yang juga selebar hopper. Pada saat proses penghamparan, awalnya dimulai dengan memasukkan aspal ke hopper. Kemudian aspal akan langsung turun ke permukaan dan disisir oleh pisau. Untuk mendapatkan tingkat kerataan yang diinginkan akan diatur oleh pisau tersebut.
Asphalt Finisher
 







Gambar 3.4.2 h. Asphalt Finisher
i.          Alat-alat konvensional
Adalah peralatan sederhana yang digunakan untuk membantu pekerjaan yang dilakukan oleh para tukang. Alat – alat konvensional tersebut seperti sekop tangan, sapu lidi, garuk, traffic cone, kereta dorong dan lainnya.
Alat-alat Konvensional
 







Gambar 3.4.2 i. Alat – alat Konvensional
j.          Termometer inframerah
Termometer inframerahAdalah alat untuk mendeteksi temperatur secara optik—selama objek diamati, radiasi energi sinar inframerah diukur, dan disajikan sebagai suhu. Alat ini menawarkan metode pengukuran suhu yang cepat dan akurat dengan objek dari kejauhan dan tanpa disentuh – situasi ideal di mana objek bergerak cepat, jauh letaknya, sangat panas, berada di lingkungan yang bahaya, dan/atau adanya kebutuhan menghindari kontaminasi objek (seperti makanan, alat medis, obat-obatan, produk atau test, dll.)




Gambar 3.4.2 j. Termometer Inframerah
k.        Aspal Distributor
Aspal distributorAspal distributor adalah truk yang dilengkapi dengan tangki aspal, pompa, dan batang penyemprot. Pada proyek ini, aspal distributor di datangkan langsung dari kontraktor. 




Gambar 3.4.2 k. Aspal Distributor
l.          Core Drill
Core Drill adalah alat yang digunakan untuk menentukan/mengambil sample perkerasan dilapangan sehingga bisa diketahui tebal perkerasannya serta untuk mengetahui karakteristik campuran perkerasan. Pada proyek ini, alat core drill di datangkan dari pihak kontraktor.
 Core Drill test 





Gambar 3.4.2 l. Core Drill
m.      Sand Cone
Sand coneAlat Sand cone adalah alat yang digunakan untuk pemeriksaan kepadatan tanah di lapangan dengan menggunakan pasir Ottawa sebagai parameter kepadatan yang mempunyai sifat kering, bersih, keras, tidak memiliki bahan pengikat sehingga dapat mengalir bebas. Pada proyek ini, alat sand cone di datangkan langsung dari laboratorium milik kontraktor. 




Gambar 3.4.2 m. Sand Cone
n.         Alat CBR
Alat CBR (California Bearing Ratio) adalah alat yang digunakan untuk menentukan tebal suatu bagian perkerasan. Alat CBR merupakan suatu perbandingan antara beban percobaan (test load) dengan beban standar (standart load) dan dinyatakan dalam presentase. Alat CBR Lapangan yang di gunakan pada proyek ini, di datangkan dari kontraktor.     



Gambar 3.3.2 n. Alat CBR
3.4.3   Metode Pelaksanaan Pekerjaan
Seperti yang diuraikan pada pekerjaan sub-base course pekerjaan base course prinsipnya sama saja. Yaitu:
a.         Permukaan sub- base course harus sudah rata dan padat.
b.        Dipasang patok- patok untuk pedoman ketinggiannya (dalam arah melintang 5 titik dan arah memanjang dengan jarak maksimal setiap 25 m) sesuai dengan station X-section.
c.         Dengan mengetahui volume dari truck, maka didapatkan setiap jarak tertentu volumenya yang diperlukan.
d.        Toleransi ketinggian diambil ± 1 cm, dimana menurut pengalaman waktu pengamparannya dilebihkan dari tinggi yang diperlukan Ump. : tebal 15 cm padat, sebelum dipadatkan kita ampar tebalnya 16.5- 17.50. Ini jangan lupa bahwa lebih kering akan banyak susut/ turunnya daripada materialnya basah. Menurut pengalaman dengan cara itu kita telah mendapatkan ketinggian dalam ketentuan (toleransi) dan mengurangi segregation.
e.         Sesudah tersedia dilapangan kerja dengan volume yang diperlukan barulah kita apreading/ampar dan grading/ratakan, sesudah rata kelihatannya baru kita padatkan (pertama dengan Mac Adam Roller atau Tandem Roller, dimana biasanya dapat dilihat mana yang rendah dan tinggi perlu kita tambah/kurangi. Setelah kira-kira rata lagi baru selanjutnya kita padatkan pakai Tire Roller sambil disiram
f.          Untuk finishing, lebih baik dipadatkan pakai Mac Adam Roller lagi.
g.        Setelah rata dan padat tentu dengan pengecekan oleh surveyor (Check level/permukaan) dan kepadatannya oleh Soil Material Enginer (Density test) dengan data tertulis, baru pekerjaan selanjutnya dilanjutkan ke pekerjaan Prime-Coat.

3.4.4        Pengendalian Mutu Pekerjaan
a.         Kekuatan agregat abrasi
b.        Analisa saringan Batas cair (atterberg limit)
c.         Sand eguialent
d.        Indeks kepipihan
e.         Prosentase satu bidang pecah CBR Laboratorium
f.          Sand cone






























BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Perkerasan jalan merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam memenuhi kelancaran pergerakan lalu lintas. Perkerasan jalan yang digunakan pada saat sekarang ini umumnya terdiri atas tiga jenis, yaitu perkerasan lentur, perkerasan kaku, dan perkerasan komposit. 
Perkerasan lentur merupakan perkerasan jalan yang umum dipakai di Indonesia. Konstruksi perkerasan lentur disebut “lentur” karena konstruksi ini mengizinkan terjadinya deformasi vertikal akibat beban lalu lintas yang terjadi. Perkerasan lentur biasanya terdiri dari 3 lapis material konstruksi jalan diatas tanah dasar, yaitu lapis pondasi bawah, lapis pondasi atas, dan lapis permukaan. Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) adalah perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebabkan beban lalu lintas tanah dasar. Suatu struktur perkerasan lentur biasanya terdiri atas beberapa lapisan bahan, dimana setiap lapisan akan menerima beban dari lapisan diatasnya, meneruskan dan menyebarkan beban tersebut ke lapisan dibawahnya. Jadi semakin ke lapisan struktur bawah, beban yang ditahan semakin kecil.











DAFTAR PUSTAKA

Sukirman, S., (1992), Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung.

Agus Suswandi, Wardhani S., Hary C., (2012), Evaluasi Tingkat Kerusakan Jalan.

___________, 1987, Peraturan Perkerasan Lentur Jalan Raya Berdasarkan Metode Analisa Komponen, Bina Marga (SKBI.2.3.26.1987), Jakarta.

AASTHO, 1981, AASTHO Interin Guide for Design of Pavement Structures, AASTHO, Washington DC, USA.

Sukirman Silvia (1999), Dasar-dasar Perencanaan Geometrik, Nova,Bandung

Hamirhan Saodang (2004), Geometrik Jalan Raya, Nova, Bandung

Direktor Jenderal Bina Marga (1997), Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota no.38/TBM/1997, Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan, Jakarta.

Direktorat Jenderal Bina Marga (1970), Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya no.13/1970, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.