BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Jalan
merupakan salah satu prasarana perhubungan darat yang mengalami perkembangan
pesat. Oleh sebab itu pembangunan sebuah jalan haruslah dapat menciptakan
keadaan yang aman bagi pengendara dan pejalan kaki yang memakai jalan tersebut.
Salah satu faktor dibangunnya sebuah jalan adalah akibat perkembangan sebuah daerah,
baik itu perkembangan industri maupun perkembangan ekonomi. Akibat dari perkembangan
tersebut, maka secara otomatis menyebabkan meningkatnya kepadatan lalu-lintas
suatu daerah, baik akibat kendaraan yang masuk ke suatu daerah atau yang akan meninggalkan
daerah tersebut, untuk itu sarana transportasi jalan yang dibutuhkan adalah
sarana transportasi yang lancar, aman dan nyaman yaitu sarana jalan yang
memenuhi persyaratan dari segi perencanaan, pembangunan, perawatan dan pengelolaannya.
Dengan adanya sarana transportasi jalan ini akan dapat memperlancar arus
komunikasi dan informasi antar daerah sehingga tidak ada lagi manusia yang
tinggal didaerah terisolir.
Jalan
merupakan prasarana yang sangat menunjang bagi kebutuhan hidup masyarakat, kerusakan
jalan dapat berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi terutama pada sarana
transportasi darat. Dampak pada konstruksi jalan yaitu perubahan bentuk lapisan
permukaan jalan berupa lubang (potholes), bergelombang (rutting), retak-retak
dan pelepasan butiran (ravelling) serta gerusan tepi yang menyebabkan kinerja
jalan menjadi menurun. Komperhensifitas perencanaan prasarana jalan di suatu
wilayah mulai dari tahapan prasurvey, perencanaan dan perancangan teknis,
pelaksanaan pembangunan fisiknya hingga pemeliharaan harus integral dan tidak
terpisahkan sesuai kebutuhan saat ini dan prediksi umur pelayanannya di masa
mendatang agar tetap terjaga ketahanan fungsionalnya.
Perkerasan jalan
merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah dasar dan
roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi
dimana diharapkan selama masa pelayanan tidak terjadi kerusakan yang berarti
khususnya pada perkerasan lentur. Perkerasan Lentur
(Flexible Pavement) adalah sistem perkerasan jalan dimana konstruksinya terdiri
dari beberapa lapisan. Tiap-tiap lapisan perkerasan pada umumnya menggunakan
bahan maupun persyaratan yang berbeda sesuai dengan fungsinya yaitu, untuk
menyebarkan beban roda kendaraan sedemikian rupa sehingga dapat ditahan oleh
tanah dasar dalam batas daya dukungnya. Maka dari itu sudah kewajiban kita untuk
mengetahui mulai dari penyebab kerusakan dan cara pemeliharaan jalan tersebut.
Agar tercipta jalan yang aman, nyaman dan memberikan manfaat yang signifikan
bagi kesinambungan dan keberlangsungan hidup masyarakat luas dan menjadi salah
satu factor menjadikannya peningkatan kehidupan masyarakat dari beberapa
aspek – aspek kehidupan.
Jika kita kaji secara
teori dan realita yang sudah berjalan selama ini, dalam pembangunan jalan ada
banyak hal yang harus diperhatikan lebih mendetail dan teliti baik itu dari
perencanaan jalan itu sendiri maupun pelaksanaan tentunya. Kita sebagai
pengguna jalan pastinya menginginkan jalan yang kita pakai itu aman, nyaman,
bersih dll. Maka dari itu kerusakan yang terjadi dijalan tersebut harus
ditanggulangi dan diperbaiki dengan sungguh-sungguh.
1.2
Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah yang akan di bahas yaitu:
1.
Bagaimana tahapan pekerjaan persiapan
dalam pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan (Perkerasan Lentur)?
2.
Bagaimana metode pekerjaan dalam pekerjaan
tanah dasar?
3.
Bagaimana metode pekerjaan terkait lapis
pondasi bawah?
4.
Bagaimana metode pekerjaan terkait lapis
pondasi atas?
1.3
Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan penulisan adalah:
1.
Menjelaskan tahapan pekerjaan persiapan
dalam pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan (Perkerasan Lentur).
2.
Menjelaskan metode pekerjaan dalam
pekerjaan tanah dasar.
3.
Menjelaskan metode pekerjaan terkait lapis
pondasi bawah.
4.
Menjelaskan metode pekerjaan terkait lapis
pondasi atas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkerasan Jalan
Perkerasan jalan merupakan suatu komponen
yang sangat penting dalam memenuhi kelancaran pergerakan lalu lintas. Perkerasan
jalan yang digunakan pada saat sekarang ini umumnya terdiri atas tiga jenis,
yaitu perkerasan lentur, perkerasan kaku, dan perkerasan komposit. Perbedaan utama antara perkerasan lentur dan perkerasan
kaku dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini:
No
|
Keterangan
|
Perkerasan Lentur
|
Perkerasan Kaku
|
1
|
Bahan
Pengikat
|
Aspal
|
Semen
|
2
|
Repetisi
Bahan
|
Timbul
rutting (lendutan pada jalur roda)
|
Timbul
retak – retak pada permukaan
|
3
|
Penurunan
Bahan Dasar
|
Timbul
gelombang (mengikuti tanah dasar)
|
Bersifat
sebagai balok diatas perletakan
|
4
|
Perubahan
Temperatur
|
Modulus
kekakuan berubah. Timbul tegangan dalam yang kecil
|
Modulus
kekakuan tidak berubah. Timbul tegangan dalam yang besar
|
Tabel 2.1 Perbedaan
perkerasan lentur dan perkerasan kaku
Sumber: Sukirman, S. Beton
Aspal Campuran Panas (2003)
2.2 Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
Perkerasan lentur merupakan perkerasan
jalan yang umum dipakai di Indonesia. Konstruksi perkerasan lentur disebut
“lentur” karena konstruksi ini mengizinkan terjadinya deformasi vertikal akibat
beban lalu lintas yang terjadi. Perkerasan lentur biasanya terdiri dari 3 lapis
material konstruksi jalan diatas tanah dasar, yaitu lapis pondasi bawah, lapis
pondasi atas, dan lapis permukaan. (Silvia Sukirman, 2003)
Konstruksi perkerasan lentur (flexible
pavement) adalah perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat.
Lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebabkan beban lalu
lintas tanah dasar. Suatu struktur perkerasan lentur biasanya terdiri atas
beberapa lapisan bahan, dimana setiap lapisan akan menerima beban dari lapisan
diatasnya, meneruskan dan menyebarkan beban tersebut ke lapisan dibawahnya.
Jadi semakin ke lapisan struktur bawah, beban yang ditahan semakin kecil. Untuk
mendapatkan keuntungan yang maksimum dari karakteristik diatas, lapisan bahan
biasanya disusun secara menurun berdasarkan daya dukung terhadap beban
diatasnya. Lapisan paling atas adalah material dengan daya dukung terhadap
beban paling besar (dan paling mahal harganya), dan semakin kebawah adalah lapisan
dengan daya dukung terhadap beban semakin kecil dan semakin murah harganya
(Sukirman, 1992).
Perkerasan
lentur memiliki beberapa karateristik sebagai berikut ini :
a.
Memakai bahan pengikat aspal
b.
Sifat dari perkerasan ini adalah memikul
beban lalu lintas dan menyebarkannya ke tanah dasar
c.
Pengaruhnya terhadap repitisi beban adalah
timbulnya rutting (Lendutan pada jalur roda)
d.
Pengaruhnya terhadap penurunan tanah dasar
yaitu, jalan bergelombang (mengikuti tanah dasar).
Keuntungan
menggunakan perkerasan lentur antara lain :
a.
Dapat digunakan pada daerah dengan
perbedaan penurunan (differential settlement) terbatas
b.
Mudah diperbaiki
c.
Tambahan lapisan perkerasan dapat
dilakukan kapan saja
d.
Memiliki tahanan geser yang baik
e.
Warna perkerasan member kesan tidak silau bagi
pemakai jalan
f.
Dapat dilaksanakan bertahap, terutama pada
kondisi biaya pembangunan terbatas atau kurangnya data untuk perencanaan.
Kerugian
menggunakan perkerasan lentur antara lain :
a.
Tebal total struktur perkerasan lebih
tebal dibandingkan Perkerasan kaku
b.
Kelenturan dan sifat kohesi berkurang
selama masa pelayanan tidak baik digunakan jika sering digenangi air
c.
Menggunakan agregat lebih banyak
Struktur
perkerasan lentur terdiri dari beberapa lapis yang mana semakin ke bawah memiliki
daya dukung tanah yang jelek. Gambar 2.2 menunjukkan lapis perkerasan lentur,
yaitu :
a.
Lapis permukaan (surface course)
b.
Lapis pondasi (base course)
c.
Lapis pondasi bawah (subbase course)
d.
Lapis tanah dasar (subgrade)

Gambar 2.2 Komponen
struktur perkerasan lentur
2.3
Lapis
Permukaan
Lapis permukaan merupakan lapisan yang
letaknya berada paling atas dari sebuah perkerasan lentur dan merupakan lapisan
yang berhubungan langsung dengan kendaraan sehingga lapisan ini rentan terhadap
kerusakan akibat aus. Oleh karena itu perencanaan dan pembuatan lapisan ini
harus dibuat dengan tepat agar mampu memberikan pelayanan yang baik kepada
sarana transportasi yang melewati jalan tersebut. (Silvia Sukirman, 2003)
2.4
Kriteria
Konstruksi Perkerasan Jalan
Menurut
Sukirman (1992) supaya perkerasan jalan dapat memberikan rasa aman dan nyaman
kepada si pemakai jalan, maka haruslah memenuhi syarat – syarat tertentu yang
dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu :
1.
Syarat-syarat berlalu lintas
Konstruksi
perkerasan lentur dipandang dari keamanan dan kenyamanan berlalu lintas
haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Permukaan
yang rata, tidak bergelombang, tidak melendut dan tidak berlubang.
b. Permukaan
yang cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat beban yang bekerja
di atasnya.
c. Permukaan
cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban dan permukaan jalan
sehingga tidak mudah selip.
d. Permukaan
tidak mengkilap, tidak silau jika terkena sinar matahari
2.
Syarat-syarat kekuatan/struktural
Konstruksi
perkerasan jalan dipandang dari segi kemampuan memikul menyebarkan beban,
haruslah memenuhi syarat-syarat :
a. Ketebalan
yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban/muatan lalu lintas ke tanah dasar.
b. Kedap
terhadap air, sehingga air tidak mudah meresap ke lapisan dibawahnya.
c. Permukaan
mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya dapat cepat
dialirkan.
d. Kekakuan
untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan deformasi yang berarti.
BAB
III
RUANG
LINGKUP PEMBAHASAN
3.1
Pekerjaan
Persiapan (Mobilisasi dan Demobilisasi)
Pekerjaan
Persiapan adalah pekerjaan awal yang meliputi kegiatan – kegiatan pendahuluan
untuk mendukung permulaan proyek, meliputi:
3.1.1 Pembuatan
Job Mix Design

Gambar
3.1.1 Pembuatan Job Mix Design
3.1.2 Kantor
Lapangan dan Fasilitasnya
Tahap berikutnya penentuan lokasi basecamp
pembuatan kantor lapangan dan fasilitasnya di lokasi proyek. Kemudian
dilanjutkan dengan mobilisasi peralatan yang diperlukan sesuai dengan tahapan
pelaksanaan pekerjaan.
![]() |
Gambar
3.1.2 Kantor lapangan dan fasilitasnya
3.1.3 Pengaturan
Arus Transportasi dan Pemeliharaan Terhadap Arus Lalu Lintas
Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan,
pengaturan arus lalu lintas transportasi dilakukan dengan pembuatan tanda –
tanda lalu lintas yang memadai disetiap kegiatan lapangan. Bila diperlukan
dapat ditempatkan petugas pemberi syarat yang bertugas mengatur arus lalu
lintas pada saat pelaksanaan.
![]() |
![]() |
||
Gambar 3.1.3 Pengaturan Arus Transportasi dan
Pemeliharaan Terhadap Arus Lalu Lintas
3.1.4 Rekayasa
Lapangan
Dengan petunjuk direksi Teknis survey /
rekayasa lapangan dilaksanakan untuk menentukan kondisi fisik dan structural
dari pekerjaan dan fasilitas yang ada di lokasi pekerjaan. Sehingga
dimungkinkan untuk mengadakan peninjauan ulang terhadap rancangan kerja yang
telah diberikan system dan tatacara survey dikoordinasikan dengan direksi
teknis.
![]() |
|||
![]() |
|||
Gambar 3.1.4 Rekayasa Lapangan
3.1.5 Material
dan Penyimpanan
Bahan
yang akan digunakan didalam pekerjaan harus menemui spesifikasi dan standard
yang berlaku baik ukuran, tipe maupun ketentuan lainnya sesuai petunjuk direksi
teknis. Semua material yang akan digunakan untuk proses pembuatan Asphalt
Concrete diambil dari query sungai setempat, diolah dan dipoolkan di stone crusher
/ AMP. Pihak direksi teknis sewaktu – waktu akan mengadakan pemeriksaan
terhadap lokasi stone crusher dan AMP dimaksud guna mengetahui kondisi yang
ada.
![]() |
|||
![]() |
|||
Gambar 3.1.5 Material dan Penyimpanan
3.1.6 Jadwal
Konstruksi
Jadwal
Konstruksi dibuat pihak kontraktor. Diajukan pada direksi teknis untuk dibahas
dan mendapatkan persetujuan pada saat dilaksanakan rapat pendahuluan (Pre
Construction Meeting/PCM).

Gambar 3.1.6 Jadwal Konstruksi
3.1.7 Pelaksanaan
Mobilisasi Peralatan
Dalam
pelaksanaan proyek ini mobilisasi meliputi:
a. Dump
Truck 8 ton
b. Dump
Truck 3 – 4m 3,6 ton
c. Asphalt
finisher
d. Tandem
Roller
e. Vibrator
Roller
f.
Wheel Loader
g. Excavator
h. Motor
Grader
i.
Aspal Spayer
j.
Water Tanker
k. Concrete
Mixer
l.
Generator set
m. Compressor
n. Survey
equipment
o. Pneumatic
type roller (PTR)
p. Flat
Bed Truck
q. Water
Pump
r.
Slump Test
3.1.8 Papan
nama proyek
Papan
nama ini digunakan sebagai identitas dan informasi mengenai proyek. Papan nama
dibuat dengan ukuran atas persetujuan direksi pekerjaan. Bahan yang dipakai
kayu kaso, plywood, amplas, cat kayu, paku, split, cat minyak, semen dan lain –
lain. Papan nama proyek dipasang dipangkal dan diujung lokasi pekerjaan. Papan
nama dipelihara selama pelaksanaan proyek.
![]() |
Gambar 3.1.8 Papan Nama Proyek
3.1.9 Relokasi
Utilitas dan Pelayanan
Relokasi
Utilitas untuk Telkom, PDAM, Listik serta fasilitas umum lainnya melalui
beberapa tahapan :
a. Pendapatan
terhadap sarana yang masuk dalam ketentuan relokasi yang sudah ditetapkan
b. Pelaporan
terhadap departemen terkait
c. Pemindahan
utilitas setelah mendapatkan persetujuan dari department terkait

Gambar 3.1.9 Relokasi Utilitas dan Pelayanan
3.2
Pekerjaan
Tanah Dasar
3.2.1 Jenis
dan Karakteristik Tanah Dasar
Tanah
Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian atau permukaan tanah
timbunan, yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan
bagian-bagian perkerasan lainnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas
dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu
sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya
(CBR). Jenis- jenis tanah:
a.
Tanah Liat Koloidal (Colloid)
b.
Tanah liat biasa (clay)
c.
Tanah lumpur (silt)
d.
Pasir halus (fine sand)
e.
Pasir Kasar (Coarse sand)
f.
Kerikil (gravel)
Lapisan
tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik,
atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang
distabilisasi dan lain lain. Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah
dasar dibedakan atas :
a.
Lapisan
tanah dasar, tanah galian.
b.
Lapisan
tanah dasar, tanah urugan.
c.
Lapisan
tanah dasar, tanah asli.
Kekuatan
dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan
daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah
sebagai berikut :
a.
Perubahan
bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.
b.
Sifat
mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.
c.
Daya
dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah pada lokasi
yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya kepadatan yang
kurang baik.
d.
Perbedaan penurunan (differensial
settlement) akibat terdapatnya lapisan-lapisan tanah lunak di bawah tanah dasar
akan mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk tetap. Hal ini dapat diatasi
dengan melakukan penyelidikan tanah dengan teliti. Pemeriksaan dengan
menggunakan alat bor dapat memberikan gambaran yang jelas tentang lapisan tanah
di bawah lapis tanah dasar.
e.
Kondisi geologis dari
lokasi jalan perlu dipelajari dengan teliti, jika ada kemungkinan lokasi jalan
berbeda pada daerah patahan.

Gambar 3.2.1 Subgrade base
3.2.2 Peralatan Pekerjaan pada Pekerjaan
tanah dasar
Jenis-jenis alat kerja
yang digunakan pada proyek konstruksi jalan antara
lain sebagai berikut:
a.
Excavator

Gambar 3.2.2 a. Excavator
b. Dump Truck
Dump Truck adalah
sebuah truk yang mempunyai bak material yang dapat di miringkan sehingga untuk
menurunkan material hanya dengan memiringkan bak materialnya sehingga muatan
akan dapat meluncur kebawah. Untuk memiringkan bak di gunakan oleh pompa hidrolik.
Pada proyek konstruksi jalan, Dump truk digunakan
untuk mengangkut material seperti agregat pondasi kelas A, aspal, pasir dan
material timbunan. Dump truck yang di pakai dalam proyek ini adalah dump
truck merk Mitsubishi Fuso 220PS kapasitas. Alat angkut dump
truck ini di datangkan langsung dari kontraktor pelaksana.
![]() |
Gambar 3.2.2 b. Dump Truck
c.
Water Tank
Truck
Water tank truck digunakan
untuk mengangkut air, yang digunakan untuk pekerjaan pemadatan lapis pondasi agregat kelas A, setelah penghamparan material selesai
kemudian di padatkan dan di siram air menggunakan water tank. Water
tank yang di gunakan proyek ini memiliki kapasitas sebesar 5000 liter. Pada proyek ini, water tank di datangkan langsung dari kontraktor.
![]() |
Gambar 3.2.2 c. Water Tank Truck
d.
Vibratory Roller
Vibratory roller adalah alat pemadat yang menggabungkan antar tekanan dan
getaran. Vibratory roller mempunyai efisiensi pemadatan yang
baik. Alat ini memungkinkan digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan
pemadatan. Akibat sama efek ditimbulkan oleh vibratory roller adalah
gaya dinamis terhadap tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong terdapat
diantara butir-butirnya sehingga akibatnya tanah menjadi padat, dengan susunan
yang lebih kompak.
![]() |
Gambar 3.2.2 d. Vibratory Roller
e.
Motor
Grader
Sebagai bagian dari alat berat, motor grader berfungsi
sebagai alat perata atau penghampar yang biasanya digunakan untuk meratakan dan
membentuk permukaan tanah. Selain itu, dimanfaatkan pula untuk mencampurkan dan
menebarkan tanah dan campuran aspal.
![]() |
Gambar 3.2.2 e. Motor Grader
f.
Pneumatic Tire Roller
Untuk pneumatic tire roller, alat terdiri
atas roda-roda ban karet yang dipompa (pneumatic) maka area
pekerjaan juga perlu dibebaskan dari benda-benda tajam yang dapat merusak roda.
Susunan dari roda muka dan roda belakang selang-seling sehingga bagian yang
tidak tergilas oleh roda bagian muka maka akan digilas oleh roda bagian
belakangnya. Alat ini baik sekali digunakan pada penggilasan bahan yang
bergranular, juga baik digunakan pada penggilasan lapisan hot mix sebagai
“penggilas antara”.
![]() |
Gambar 3.2.2 f. Pneumatic Tire Roller
g.
Tandem roller
Adalah alat penggilas atau
pemadat terdiri atas berporos 2 (two axle) dan berporos 3 (three axle
tandem rollers). Penggunaan dari penggilas ini umumnya untuk mendapatkan
permukaan yang agak halus, misalnya pada penggilasan aspal beton dan
lain-lain. Tandem roller ini memberikan lintasan yang sama pada
masing-masing rodanya, beratnya antara 8 - 14 ton, penambahan berat
yang diakibatkan oleh pengisian zat cair (ballasting) berkisar antara
25% - 60% dari berat penggilas. Untuk mendapatkan penambahan kepadatan pada
pekerjaan penggilasan biasanya digunakan three axle tandem roller.
Sebaiknya tandem roller jangan digunakan untuk menggilas batu-batuan yang keras
dan tajam karena akan merusak roda-roda penggilasnya.
![]() |
Gambar 3.2.2 g. Tandem Roller
h.
Asphalt finisher
Alat ini
berfungsi untuk menghamparkan aspal olahan dari mesin pengolah aspal, serta meratakan
lapisannya. Konstruksi Asphalt Finisher cukup besar sehingga membutuhkan trailer untuk mengangkut alat ini ke
medan proyek. Asphalt Finisher memiliki roda yang berbentuk
kelabang atau disebut dengan crawler track dengan hopper yang
tidak beralas. Sedangkan di bawah hopper tersebut
terdapat pisau yang juga selebar hopper. Pada saat
proses penghamparan, awalnya dimulai dengan memasukkan aspal ke hopper. Kemudian aspal akan langsung turun ke
permukaan dan disisir oleh pisau. Untuk mendapatkan tingkat kerataan yang
diinginkan akan diatur oleh pisau tersebut.
![]() |
Gambar 3.2.2 h. Asphalt Finisher
i.
Alat-alat
konvensional
Adalah
peralatan sederhana yang digunakan untuk membantu pekerjaan yang dilakukan oleh
para tukang. Alat – alat konvensional tersebut seperti sekop tangan, sapu lidi, garuk, traffic cone, kereta dorong dan lainnya.
![]() |
Gambar 3.2.2 i. Alat – alat Konvensional
j.
Termometer inframerah

Gambar 3.2.2 j. Termometer Inframerah
k.
Aspal
Distributor

Gambar 3.2.2 k. Aspal Distributor
l.
Core
Drill
Core Drill adalah alat yang
digunakan untuk menentukan/mengambil sample perkerasan dilapangan sehingga bisa
diketahui tebal perkerasannya serta untuk mengetahui karakteristik campuran
perkerasan. Pada proyek ini, alat core drill di
datangkan dari pihak kontraktor.
![]() |
Gambar 3.2.2 l. Core Drill
m. Sand Cone

Gambar 3.2.2 m. Sand Cone
n.
Alat CBR
Alat CBR (California Bearing Ratio) adalah alat yang digunakan
untuk menentukan tebal suatu bagian perkerasan. Alat CBR merupakan suatu
perbandingan antara beban percobaan (test load) dengan
beban standar (standart load) dan dinyatakan dalam
presentase. Alat CBR Lapangan yang di gunakan
pada proyek ini, di datangkan dari kontraktor.

Gambar 3.2.2 n. Alat CBR
3.2.3 Metode Pelaksanaan Pekerjaan
a.
Tanah Galian

Gambar 3.2.3 a. Tanah Galian
Pekerjaan galian untuk pelebaran badan jalan tidak hanya
mencakup pekerjaan penggalian, namun juga harus mencakup pekerjaan penanganan,
pembuangan atau penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari jalan dan
sekitarnya, dan pekerjaan lain yang diperlukan untuk penyelesaian
pekerjaan galian pelebaran ini. Tahapan pekerjaan Galian biasa
adalah sebagai berikut :
1.
Pekerjaan
persiapan
·
Mempersiapkan
alat bantu kerja, baik peralatan yang digunakan secara manual (termasuk alat
ukur dan alat pelindung diri) atau peralatan bermesin (alat berat) yang perlu
digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan galian.
·
Lakukan
pemeriksaan pada kondisi lingkungan di sekitar lokasi penggalian mengenai
kemungkinan adanya jaringan pipa, kabel, dan kemungkinan adanya lokasi-lokasi
yang memerlukan penanganan khusus contohnya daerah yang rawan longsor atau
terendam air.
·
Menentukan
daerah atau batas pekerjaan galian yang akan dikerjakan
2.
Pelaksanaan
·
Tanah
digali menggunakan alat excavator dengan ukuran dan kedalaman sesuai gambar
kerja atau petunjuk direksi pekerjaan.
·
Rapikan
dasar galian secara manual dengan alat bantu seperti cangkul, sekop, dan lat
bantu lain yang diperlukan
·
Pasang
rambu peringatan dan barikade di sekitar lokasi pekerjaan agar tidak
membahayakan para pengguna jalan
·
Material
hasil galian tanah termasuk hasil pembersihan dan pengupasan lapisan atas tanah
ini harus dibuang ke lokasi pembuangan yang telah disiapkan dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
b.
Tanah
Timbunan (Urugan)
Dapat dipakai dari hasil galian atau cut. Yang termasuk
dalam rencana yang juga disebut Common excavation atau material atau bahan
galian yang didatangkan dari luar daerah pekerjaan disebut Borrow Excavation.
Jenis tanahnya yaitu Tanah – clay, Tanah bercampur batu - rock clay, Pasir +
Batu (sirtu) – Granular material, Batu – hasil dari pemecahan (memakai dynamit)
– rock, Pasir – sand. Cara Pelaksanaannya:
- Clearing & grubbing
pekerjaan pemotongan pohon- pohon besar/ kecil.
- Top Soil & Stripping-
pembuangan humus- humus/ lapisan atas, akar- akar kayu dan umumnya setebal
10-30 cm.
- Compaction of foundation of
Embankment.
- Pemadatan tanah dasar sebelum
dilaksanakan penimbunan.
- Lapisan ini perlu di test
(density- test of proof rolling test) baru diteruskan pekerjaan
selanjutnya- penimbunan.
- Penimbunan dilaksanakan lapis
demi lapis/ layer by layer setebal ± 20 cm dan didapatkan dibawah 1.00
dari sub-grade pengetesan (density test dapat dilaksanakan setiap 3 lapis,
jadi setiap lapisnya cukup dengan test proof rolling).
3.2.4 Pengendalian Mutu Pekerjaan
1.
Pengendalian mutu bahan
· Jumlah pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal mutu
bahan paling sedikit 3 contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang
dipilih mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan.
· Pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi agar perubahan bahan
atau sumber bahannya dapat diamati.
· Untuk setiap 1.000 m3 bahan timbunan yang diperoleh dari
setiap sumber bahan paling sedikit harus dilakukan suatu pengujian Nilai Aktif.
2.
Ketentuan kepadatan untuk
timbunan tanah
a. Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi
tanah dasar harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang
ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10 %
bahan yang tertahan pada ayakan ¾”, kepadatan kering maksimum yang diperoleh
harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize) tersebut.
b. Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi
tanah dasar harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum
yang ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
c. Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis
timbunan yang dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap
pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka Kontraktor
harus memperbaiki. Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada lokasi
berselang-seling setiap jarak tidak lebih dari 200 m. Untuk penimbunan kembali
di sekitar struktur atau pada galian parit untuk gorong-gorong, paling sedikit
harus dilaksanakan satu pengujian untuk satu lapis penimbunan kembali yang
telah selesai dikerjakan.
d. Untuk timbunan, paling sedikit 1 rangkaian pengujian bahan
yang lengkap harus dilakukan untuk setiap 1.000 m3 bahan timbunan yang
dihampar.
3.
Kriteria pemadatan untuk
timbunan batu
Penghamparan dan
pemadatan timbunan batu harus dilaksanakan dengan menggunakan penggilas berkisi
(grid) atau pemadat bervibrasi atau peralatan berat lainnya yang serupa.
Pemadatan harus dilaksanakan dalam arah memanjang sepanjang timbunan, dimulai
pada tepi luar dan bergerak ke arah sumbu jalan, dan harus dilanjutkan sampai
tidak ada gerakan yang tampak di bawah peralatan berat. Setiap lapis harus
terdiri dari batu bergradasi menerus dan seluruh rongga pada permukaan harus
terisi dengan pecahan-pecahan batu sebelum lapis berikutnya dihampar. Batu
tidak boleh digunakan pada 15 cm lapisan teratas timbunan dan batu berdimensi
lebih besar dari 10 cm tidak diperkenankan untuk disertakan dalam lapisan
teratas ini.
4.
Percobaan pemadatan
Kontraktor harus
bertanggung-jawab dalam memilih metode dan peralatan untuk mencapai tingkat
kepadatan yang disyaratkan. Bilamana Kontraktor tidak sanggup mencapai
kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus diikuti:
Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan peralatan
pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai. Hasil
percobaan lapangan ini selanjutnya harus digunakan dalam menetapkan jumlah
lintasan, jenis peralatan pemadat dan kadar air untuk seluruh pemadatan
berikutnya.
3.3
Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah
3.3.1 Jenis
dan Karakteristik Pondasi Bawah
Lapis
pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan tanah
dasar dan di bawah lapis pondasi atas. Lapis pondasi bawah ini berfungsi
sebagai:
a.
Bagian
dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
b.
Lapis
peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
c.
Lapisan
untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi
atas.
d.
Lapis
pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat lemahnya
daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
e.
Lapis
pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.
Hal
ini sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap
roda-roda alat-alat besar atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus
segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca. Bermacam-macam tipe tanah
setempat (CBR > 20%, PI < 10%) yang relatif lebih baik dari tanah dasar
dapat digunakan sebagai bahan pondasi bawah. Campuran-campuran tanah setempat
dengan kapur atau semen portland dalam beberapa hal sangat dianjurkan, agar
dapat bantuan yang efektif terhadap kestabilan konstruksi perkerasan. Ditinjau
dari asal kejadiannya jenis agregat/ batuan dapat dibedakan:
- Batuan beku
- Batuan sedimen
- Batuan metamorf
Berdasarkan proses pengolahannya
yaitu :
- Agregat
alam
- Agregat
yang melalui proses pengolahan
- Agregat
buatan

Gambar 3.3.1 Pondasi Bawah
3.3.2 Peralatan Pekerjaan pada Pekerjaan
tanah dasar
Jenis-jenis alat kerja
yang digunakan pada proyek konstruksi jalan antara
lain sebagai berikut:
a.
Excavator

Gambar 3.3.2 a. Excavator
b. Dump Truck

Gambar 3.3.2 b. Dump Truck
c.
Water Tank
Truck
Water tank truck digunakan
untuk mengangkut air, yang digunakan untuk pekerjaan pemadatan lapis pondasi agregat kelas A, setelah penghamparan material selesai
kemudian di padatkan dan di siram air menggunakan water tank. Water
tank yang di gunakan proyek ini memiliki kapasitas sebesar 5000 liter. Pada proyek ini, water tank di datangkan langsung dari kontraktor.
![]() |
Gambar 3.3.2 c. Water Tank Truck
d.
Vibratory Roller
Vibratory roller adalah alat pemadat yang menggabungkan antar tekanan dan
getaran. Vibratory roller mempunyai efisiensi pemadatan yang
baik. Alat ini memungkinkan digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan.
Akibat sama efek ditimbulkan oleh vibratory roller adalah gaya
dinamis terhadap tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong terdapat diantara
butir-butirnya sehingga akibatnya tanah menjadi padat, dengan susunan yang
lebih kompak.
![]() |
Gambar 3.3.2 d. Vibratory Roller
e.
Motor
Grader
Sebagai bagian dari alat berat, motor grader berfungsi
sebagai alat perata atau penghampar yang biasanya digunakan untuk meratakan dan
membentuk permukaan tanah. Selain itu, dimanfaatkan pula untuk mencampurkan dan
menebarkan tanah dan campuran aspal.
![]() |
Gambar 3.3.2 e. Motor Grader
f.
Pneumatic Tire Roller
Untuk pneumatic tire roller, alat terdiri
atas roda-roda ban karet yang dipompa (pneumatic) maka area
pekerjaan juga perlu dibebaskan dari benda-benda tajam yang dapat merusak roda.
Susunan dari roda muka dan roda belakang selang-seling sehingga bagian yang
tidak tergilas oleh roda bagian muka maka akan digilas oleh roda bagian
belakangnya. Alat ini baik sekali digunakan pada penggilasan bahan yang
bergranular, juga baik digunakan pada penggilasan lapisan hot mix sebagai
“penggilas antara”.
![]() |
Gambar 3.3.2 f. Pneumatic Tire Roller
g.
Tandem roller
Adalah alat penggilas atau
pemadat terdiri atas berporos 2 (two axle) dan berporos 3 (three axle
tandem rollers). Penggunaan dari penggilas ini umumnya untuk mendapatkan
permukaan yang agak halus, misalnya pada penggilasan aspal beton dan
lain-lain. Tandem roller ini memberikan lintasan yang sama
pada masing-masing rodanya, beratnya antara 8 - 14 ton, penambahan
berat yang diakibatkan oleh pengisian zat cair (ballasting) berkisar
antara 25% - 60% dari berat penggilas. Untuk mendapatkan penambahan kepadatan
pada pekerjaan penggilasan biasanya digunakan three axle tandem roller.
Sebaiknya tandem roller jangan digunakan untuk menggilas batu-batuan yang keras
dan tajam karena akan merusak roda-roda penggilasnya.
![]() |
Gambar 3.3.2 g. Tandem Roller
h.
Asphalt finisher
Alat ini
berfungsi untuk menghamparkan aspal olahan dari mesin pengolah aspal, serta meratakan
lapisannya. Konstruksi Asphalt Finisher cukup besar sehingga membutuhkan trailer untuk mengangkut alat ini ke
medan proyek. Asphalt Finisher memiliki roda yang berbentuk
kelabang atau disebut dengan crawler track dengan hopper yang
tidak beralas. Sedangkan di bawah hopper tersebut
terdapat pisau yang juga selebar hopper. Pada saat
proses penghamparan, awalnya dimulai dengan memasukkan aspal ke hopper. Kemudian aspal akan langsung turun ke
permukaan dan disisir oleh pisau. Untuk mendapatkan tingkat kerataan yang
diinginkan akan diatur oleh pisau tersebut.
![]() |
Gambar 3.3.2 h. Asphalt Finisher
i.
Alat-alat
konvensional
Adalah
peralatan sederhana yang digunakan untuk membantu pekerjaan yang dilakukan oleh
para tukang. Alat – alat konvensional tersebut seperti sekop tangan, sapu lidi, garuk, traffic cone, kereta dorong dan lainnya.
![]() |
Gambar 3.3.2 i. Alat – alat Konvensional
j.
Termometer inframerah

Gambar 3.3.2 j. Termometer Inframerah
k.
Aspal
Distributor

Gambar 3.3.2 k. Aspal Distributor
l.
Core
Drill
Core Drill adalah alat yang
digunakan untuk menentukan/mengambil sample perkerasan dilapangan sehingga bisa
diketahui tebal perkerasannya serta untuk mengetahui karakteristik campuran
perkerasan. Pada proyek ini, alat core drill di
datangkan dari pihak kontraktor.
![]() |
Gambar 3.3.2 l. Core Drill
m. Sand Cone

Gambar 3.3.2 m. Sand Cone
n.
Alat CBR
Alat CBR (California Bearing Ratio) adalah alat yang digunakan
untuk menentukan tebal suatu bagian perkerasan. Alat CBR merupakan suatu
perbandingan antara beban percobaan (test load) dengan
beban standar (standart load) dan dinyatakan dalam
presentase. Alat CBR Lapangan yang di gunakan
pada proyek ini, di datangkan dari kontraktor.

Gambar 3.3.2 n. Alat CBR
3.3.3 Metode Pelaksanaan Pekerjaan
Sesudah lapisan sub-grade ini betul-
betul telah memenuhi syarat- syarat evalasi dan kepadatan kita akan mulai
pekerjaan sub-base course. Terlebih dahulu kita tentukan lagi patok- patoknya.
Untuk mencapai ketebalan yang dikehendaki. Titik yang diperlukan minimum: 5
titik menurut potongan melintang (X – section) dan dengan jarak maksimum
25meter menurut potongan memanjang atau profil. Cara pengamparan: Setelah selesai pemasangan patok- patok untuk
menentukan ketinggian/ ketebalannya maka kita dapat mendatangkan material
seb-base ini kelapangan. Patok- patok itu dipasang harus cukup kuat, dan kita
lindungi sekelilingnya dengan material sub-base tersebut ± ø 30 cm. Cara pemadatan: Prinsip pemadatan
harus dimulai dari pinggir/ dari rendah ke tengah /tinggi. Setelah kita ratakan
permukaan dengan motor grader. Pemadatan pertama kita laksanakan dengan road
roller (MacAdam Roller atau Tandem Roller). Selanjutnya dengan Tire Roller
dimana sambil ikut memadatkan pada waktu/ keadaan memerlukan sambil menyiram. Untuk
menyelesaikan pemadatan kita pakai sebaiknya Mac Adam Roller. Sudah cukup padat,
melihat dengan pandangan mata pertama kali (pengalaman). Sebelumnya meneruskan
pekerjaan selanjutnya mencetak elevasi (oleh surveyor) dan kepadatan. Density
Test oleh Soil Material Enginer/ Laboratorium. Apabila sudah memenuhi syarat
untuk hal kedua ini (elevasi dan kepadatannya) secara tertulis baru dapat
dilaksanakan pekerjaan berikutnya/ base course.
3.3.4 Pengendalian Mutu Pekerjaan
a.
Kekuatan
agregat abrasi
b.
Analisa
saringan Batas cair (atterberg limit)
c.
Sand
eguialent
d.
Indeks
kepipihan
e.
Prosentase
satu bidang pecah CBR Laboratorium
f.
Sand
cone
3.4
Pekerjaan Lapis Pondasi Atas
3.4.1 Jenis
dan Karakteristik Pondasi Bawah
Lapisan
pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis pondasi
bawah dan lapis permukaan. Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :
a.
Bagian
perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban ke
lapisan di bawahnya.
b.
Bantalan
terhadap lapisan permukaan.
Bahan-bahan
untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan
beban-beban roda. Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu
dipertimbangkan beberapa hal antara lain, kecukupan bahan setempat, harga,
volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan. Bermacam-macam
bahan alam / bahan setempat (CBR > 50%, PI < 4%) dapat digunakan sebagai
bahan lapis pondasi, antara lain: batu pecah, kerikil pecah dan stabilisasi
tanah dengan semen atau kapur.
3.4.2 Peralatan Pekerjaan pada Pekerjaan
tanah dasar
Jenis-jenis alat kerja
yang digunakan pada proyek konstruksi jalan antara
lain sebagai berikut:
a.
Excavator
Excavator adalah alat yang
digunakan untuk pekerjaan galian dan timbunan tanah. Excavator ini memiliki lengan (arm) yang dapat berputar, sehingga dapat lebih
mudah untuk menggali tanah dengan kedalaman tertentu. Pada proyek konstruksi
jalan, Excavator digunakan untuk menggali tanah dalam
pekerjaan cut
and fill lahan proyek,
gambar excavator dapat dilihat pada Gambar.

Gambar 3.4.2 a. Excavator
b. Dump Truck

Gambar 3.4.2 b. Dump Truck
c.
Water Tank
Truck
Water tank truck digunakan
untuk mengangkut air, yang digunakan untuk pekerjaan pemadatan lapis pondasi agregat kelas A, setelah penghamparan material selesai
kemudian di padatkan dan di siram air menggunakan water tank. Water
tank yang di gunakan proyek ini memiliki kapasitas sebesar 5000 liter. Pada proyek ini, water tank di datangkan langsung dari kontraktor.
![]() |
Gambar 3.4.2 c. Water Tank Truck
d.
Vibratory Roller
Vibratory roller adalah alat pemadat yang menggabungkan antar tekanan dan
getaran. Vibratory roller mempunyai efisiensi pemadatan yang
baik. Alat ini memungkinkan digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan
pemadatan. Akibat sama efek ditimbulkan oleh vibratory roller adalah
gaya dinamis terhadap tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong terdapat
diantara butir-butirnya sehingga akibatnya tanah menjadi padat, dengan susunan
yang lebih kompak.
![]() |
Gambar 3.4.2 d. Vibratory Roller
e.
Motor
Grader
Sebagai bagian dari alat berat, motor grader berfungsi
sebagai alat perata atau penghampar yang biasanya digunakan untuk meratakan dan
membentuk permukaan tanah. Selain itu, dimanfaatkan pula untuk mencampurkan dan
menebarkan tanah dan campuran aspal.
![]() |
Gambar 3.4.2 e. Motor Grader
f.
Pneumatic Tire Roller
Untuk pneumatic tire roller, alat terdiri
atas roda-roda ban karet yang dipompa (pneumatic) maka area
pekerjaan juga perlu dibebaskan dari benda-benda tajam yang dapat merusak roda.
Susunan dari roda muka dan roda belakang selang-seling sehingga bagian yang
tidak tergilas oleh roda bagian muka maka akan digilas oleh roda bagian
belakangnya. Alat ini baik sekali digunakan pada penggilasan bahan yang
bergranular, juga baik digunakan pada penggilasan lapisan hot mix sebagai
“penggilas antara”.
![]() |
Gambar 3.4.2 f. Pneumatic Tire Roller
g.
Tandem roller

Gambar 3.4.2 g. Tandem Roller
h.
Asphalt finisher
Alat ini
berfungsi untuk menghamparkan aspal olahan dari mesin pengolah aspal, serta meratakan
lapisannya. Konstruksi Asphalt Finisher cukup besar sehingga membutuhkan trailer untuk mengangkut alat ini ke
medan proyek. Asphalt Finisher memiliki roda yang berbentuk
kelabang atau disebut dengan crawler track dengan hopper yang
tidak beralas. Sedangkan di bawah hopper tersebut
terdapat pisau yang juga selebar hopper. Pada saat
proses penghamparan, awalnya dimulai dengan memasukkan aspal ke hopper. Kemudian aspal akan langsung turun ke
permukaan dan disisir oleh pisau. Untuk mendapatkan tingkat kerataan yang
diinginkan akan diatur oleh pisau tersebut.
![]() |
Gambar 3.4.2 h. Asphalt Finisher
i.
Alat-alat
konvensional
Adalah
peralatan sederhana yang digunakan untuk membantu pekerjaan yang dilakukan oleh
para tukang. Alat – alat konvensional tersebut seperti sekop tangan, sapu lidi, garuk, traffic cone, kereta dorong dan lainnya.
![]() |
Gambar 3.4.2 i. Alat – alat Konvensional
j.
Termometer inframerah

Gambar 3.4.2 j. Termometer Inframerah
k.
Aspal
Distributor

Gambar 3.4.2 k. Aspal Distributor
l.
Core
Drill
Core Drill adalah alat yang
digunakan untuk menentukan/mengambil sample perkerasan dilapangan sehingga bisa
diketahui tebal perkerasannya serta untuk mengetahui karakteristik campuran
perkerasan. Pada proyek ini, alat core drill di
datangkan dari pihak kontraktor.

Gambar 3.4.2 l. Core Drill
m. Sand Cone

Gambar 3.4.2 m. Sand Cone
n.
Alat CBR

Gambar 3.3.2 n. Alat CBR
3.4.3 Metode Pelaksanaan Pekerjaan
Seperti yang diuraikan pada
pekerjaan sub-base course pekerjaan base course prinsipnya sama saja. Yaitu:
a.
Permukaan sub- base course harus sudah rata dan padat.
b.
Dipasang patok- patok untuk pedoman ketinggiannya (dalam
arah melintang 5 titik dan arah memanjang dengan jarak maksimal setiap 25 m)
sesuai dengan station X-section.
c.
Dengan mengetahui volume dari truck, maka didapatkan setiap
jarak tertentu volumenya yang diperlukan.
d.
Toleransi ketinggian diambil ± 1 cm, dimana menurut
pengalaman waktu pengamparannya dilebihkan dari tinggi yang diperlukan Ump. :
tebal 15 cm padat, sebelum dipadatkan kita ampar tebalnya 16.5- 17.50. Ini
jangan lupa bahwa lebih kering akan banyak susut/ turunnya daripada materialnya
basah. Menurut pengalaman dengan cara itu kita telah mendapatkan ketinggian
dalam ketentuan (toleransi) dan mengurangi segregation.
e.
Sesudah tersedia dilapangan kerja dengan volume yang
diperlukan barulah kita apreading/ampar dan grading/ratakan, sesudah rata
kelihatannya baru kita padatkan (pertama dengan Mac Adam Roller atau Tandem
Roller, dimana biasanya dapat dilihat mana yang rendah dan tinggi perlu kita
tambah/kurangi. Setelah kira-kira rata lagi baru selanjutnya kita padatkan pakai
Tire Roller sambil disiram
f.
Untuk finishing, lebih baik dipadatkan pakai Mac Adam Roller
lagi.
g.
Setelah rata dan padat tentu dengan pengecekan oleh surveyor
(Check level/permukaan) dan kepadatannya oleh Soil Material Enginer (Density
test) dengan data tertulis, baru pekerjaan selanjutnya dilanjutkan ke pekerjaan
Prime-Coat.
3.4.4
Pengendalian
Mutu Pekerjaan
a.
Kekuatan
agregat abrasi
b.
Analisa
saringan Batas cair (atterberg limit)
c.
Sand
eguialent
d.
Indeks
kepipihan
e.
Prosentase
satu bidang pecah CBR Laboratorium
f.
Sand
cone
BAB
IV
PENUTUP
Kesimpulan
Perkerasan
jalan merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam memenuhi kelancaran
pergerakan lalu lintas. Perkerasan jalan yang digunakan pada saat sekarang ini
umumnya terdiri atas tiga jenis, yaitu perkerasan lentur, perkerasan kaku, dan
perkerasan komposit.
Perkerasan lentur merupakan perkerasan
jalan yang umum dipakai di Indonesia. Konstruksi perkerasan lentur disebut
“lentur” karena konstruksi ini mengizinkan terjadinya deformasi vertikal akibat
beban lalu lintas yang terjadi. Perkerasan lentur biasanya terdiri dari 3 lapis
material konstruksi jalan diatas tanah dasar, yaitu lapis pondasi bawah, lapis
pondasi atas, dan lapis permukaan. Konstruksi perkerasan lentur (flexible
pavement) adalah perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat.
Lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebabkan beban lalu
lintas tanah dasar. Suatu struktur perkerasan lentur biasanya terdiri atas
beberapa lapisan bahan, dimana setiap lapisan akan menerima beban dari lapisan
diatasnya, meneruskan dan menyebarkan beban tersebut ke lapisan dibawahnya.
Jadi semakin ke lapisan struktur bawah, beban yang ditahan semakin kecil.
DAFTAR
PUSTAKA
Sukirman, S., (1992), Perkerasan Lentur Jalan Raya,
Penerbit Nova, Bandung.
Agus Suswandi, Wardhani S., Hary C., (2012), Evaluasi
Tingkat Kerusakan Jalan.
___________, 1987, Peraturan Perkerasan Lentur Jalan
Raya Berdasarkan Metode Analisa Komponen, Bina Marga (SKBI.2.3.26.1987),
Jakarta.
AASTHO, 1981, AASTHO Interin Guide for Design of
Pavement Structures, AASTHO, Washington DC, USA.
Sukirman Silvia (1999), Dasar-dasar Perencanaan
Geometrik, Nova,Bandung
Hamirhan Saodang (2004), Geometrik Jalan Raya, Nova,
Bandung
Direktor Jenderal Bina Marga (1997), Tata Cara
Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota no.38/TBM/1997, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Jalan, Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga (1970), Peraturan
Perencanaan Geometrik Jalan Raya no.13/1970, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.